Tentang Cinta
Saat ini, hidupku seperti dalam mimpi, karena berbeda dengan dunia nyata yang selama ini kulalui. Tapi bisa juga, aku hidup di dunia nyata dan baru saja keluar dari alam mimpi. Hasrat-hasrat yang selama ini hanya bisa hadir dalam mimpi, kini menjelma dalam dunia nyata.
Aku hidup dalam dunia nyata tapi berbeda dengan sebelumnya, karena ada beberapa mimpi yang menjelma nyata. Tentu saja, aku saat ini tidak bermimpi tapi memimpikan. Namun jika ditanyakan esok, aku tidak tahu, apakah kenyataan saat ini akan tetap menjadi kenyataan esok hari, atau aku sedang terseret menuju alam impian yang merupakan ‘mimpi masa depan’. Saat ini, ia hadir di dunia nyata setelah sebelumnya berasal dari alam mimpi. Dan bagiku, menyanyangimu adalah mimpi sekaligus impian. Mimpi kemaren, dan impian mendatang.
Idealnya, mimpi menjadi nyata, baik saat ini, ataupun nanti dalam impian. Mimpiku selama ini adalah Cinta sedangkan impiannya adalah Kita. Saat ini yang nyata adalah Cinta namun belum membentuk Kita. Cinta adalah gagasan yang berasal dari mimpi, sedangkan Kita adalah bentuk impian dan harapan mendatang. Cinta telah mempertemukan ‘aku’ dan ‘Kamu’. Cinta ibarat simpul, menautkan dua utas tali. Seperti bejana dia akan mengumpulkan dua jiwa. Ibarat delta, ia adalah muara dari dua alur sungai perasaan. Dan Kita adalah sepasang dari dua raga, dan sekeping dari dua wajah.
Kita selalu memimpikan menjadi pasangan yang ideal. Saling memberi dan menerima, laksana langit dan bumi, seperti sebait yang diliris oleh Mawlana Jalaluddin Rumi dalam puisinya,Menurut akal, langit adalah pria dan bumi adalah wanita, apa saja yang diberikan oleh satunya, yang lainnya menerima.
Puisi di atas menggambarkan sebuah siklus kehidupan. Langit menurunkan hujan, bumi menerimanya untuk menyuburkan tanah, dari rahimnya tumbuh beraneka ragam tanaman, memberi kehidupan bagi seluruh makhluk. Pada saat lain, air hujan yang melimpah-ruah, ditampung, diuapkan dan kembali menuju langit, menjadi gumpalan-gumpalan awan, berubah mendung, dan menurunkan hujan. Demikian seterusnya.
Pasangan bak ruh dan jasad, tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Jalaluddin Rumi melanjutkan puisinya, Ruh tidak bisa berfungsi tanpa badan, dan tanpa ruh, badan layu dan dingin badanmu tampak dan ruhmu tersembunyi keduanya inilah yang mengatur urusan dunia.
Dalam mimpi masyarakat Yunani klasik, cinta diklasifikasikan menjadi tiga. Yaitu, cinta Eros, Philos dan Agape. Tiga perasaan kasih sayang ini sering dikutip orang-orang yang berbicara tentang cinta. Mari kita bahas untuk mengingatnya lagi.
Cinta Eros adalah cinta sensual, cinta ini bersumber dari keinginan untuk memiliki, dorongan menuntut, mendesak, mengambil, bukan memberi. Cinta ini murupakan perwujudan dari ego seseorang yang ingin menunjukkah eksistensinya.
Menaklukkan dan memperbudak adalah tujuan dari cinta ini. Orang Yunani kuno melambangkan cinta ini dengan Cupid yang melepaskan anak panah beracun ke jantung manusia. Iqbal melukiskan cinta ini dengan kata-katanya, cinta adalah anak kecil yang bermain membentuk individualitas kita kemudia berkata lirih lepaskan!
Cinta Philos adalah cinta yang tumbuh dari persahabatan dan kebersamaan yang mendalam, orang jawa menuturkan witing tresna jalaran soko kulina (cinta bersemi, karena kebiasaan). Ia bergerak, mendesak jauh masuk ke dalam. Ia tidak hanya menuntut, tapi, berusaha membagi, berempati, memahami dan menaklukkan ego masing-masing. Keindahan bukan pada dataran material, tapi imaterial, yang menarik "kita" bukan bersumber dari hubungan individu tapi hubungan sosial, bukan senyuman, namun keakraban, bukan pemberian namun kebersamaan, tidak hanya sekedar simpati namun berempati.
Perbedaan bukan untuk dihilangkan namun dibentuk menjadi ritme-ritme musik kehidupan. Bukankah lagu yang indah berasal dari perbedaan tujuh tangga nada, do, re, mi, fa, so, la, dan si... Perbedaan untuk dipahami, dan dipertemukan. Jarak di sini dilambangkan dengan ruang dan waktu, tempat dan zaman yang memisahkan jasad-jasad. Namun, jarak terpenting yang harus diruntuhkan adalah jarak ruh, yang bersumber dari ego masing-masing pasangan. Pertemuan di sini adalah titik akhir dari proses pengertian dan pemahaman terhadap orang lain, dan diri sendiri, sehingga bisa memahami orang lain dan mampu meruntuhkan ego.
Cinta Agape adalah cinta yang paling tertinggi. Cinta ini ditandai dengan perhatian aktif pada orang yang kita cintai, keinginan untuk diterima di sisinya. Ada kedambaan yang membara untuk memberikan segalanya pada sang kekasih tanpa syarat dan pamrih. Agape adalah cinta spiritual yang jauh menyelam dari dataran badani ke dalam nurani. Jalaludin Rumi mengatakan mencari hati dan meninggalkan tulang. Cinta Agape adalah muara jiwa dari dua jenis cinta di atas, "semangat"nya mewakili cinta Eros dan "empati"nya mewakili cinta Philos. Namun kelebihannya, Agape berusa mencari dimensi-dimensi (sudut-sudut) yang belum diungkap oleh cinta Eros dan Philos. Cinta inilah yang akan memberikan
keabadian.
Tiga cinta ini bisa dilihat sebagai sebuah proses. Dari cinta Eros, mendaki menuju Philos: dan Agape sebagai puncak. Namun bisa juga dipahami sebagai satu-kesatuan karakter manusiawi yang harus ada dalam jiwa masing-masing pasangan. Kalau dalam bahasa Al-Quran—Surat al-Rum ayat 31—disebut istilah mawaddah dan rahmah. Mawaddah identik dengan cinta kasih (birahi?). Cinta ini menautkan perasaan antara laki-laki dan perempuan, dan bersumber dari masing-masing ego pasangan untuk memiliki dan dimiliki.
Sedangkan rahmah (kasih sayang) adalah perasaan sayang, yang bersumber dari empati. Cinta model ini melahirkan perasaan untuk mengayomi, melindungi, dan menyantuni. Seperti perasaan kasih sayang orang tua pada anak, kakak pada adik, saudara terhadap saudara yang lain, dan lain sebagainya.
Kedua dari perasaan ini mutlak diperlukan dalam pasangan yang mendambakan ketentraman. Ego dan empati sama-sama penting, dengan ego kita mempunyai kekuatan untuk saling memiliki, dengan empati kita mempunyai kekuatan untuk bersama, saling mengisi, dan menerima.
Akhirnya, semoga Tuhan menyemai cinta kasih-Nya dalam ego dan empati yang terhampar di hati Kita. (dun2!)
waduhhh.... termasuk cinta yang mana yahh
ReplyDeletenah begini dong mbak kalo nulis. Mending nulis tentang falsafah cinta aja, mbak.
ReplyDeleteaku salut dech.. kalo mbak begini. Semoga cinta dalam tulisan ini tidak hanya dipatrikan kepada golongan2 tertentu. Tetapi juga ditautkan kepada golongan yang selama ini mbak kurang kenal, yaitu FPI, MMI atau HTI. Barangkali dengan berkumpul dengan mereka, semoga mbak akan merasakan cinta (Philos). Sehingga kekurangpahaman mbak terhadap mereka berubah menjadi rasa empati.
Dan Alhamdulillah, cinta dalam tulisan ini dimaknai tunggal, bukan plural dan tidak relatif. seandainya dimaknai plural, maka semua bentuk pengertian eros, philos dan agape dapat juga plural hehehe. Apabila cinta didekati dengan pendekatan psikoanalisa (S. Freud), masya Allah apa jadinya tulisan ini.
Semoga apa yang selalu kita lakukan adalah bentuk cinta "agape" bukan bentuk pencarian perhatian atau penghargaan intelektual bagi sesama manusia, yang darinya kita dapat "nama" dan kebanggaan semu. na'udzu billahi min dzalik.
Wah mantap mbk, kayaknya saya harus memilih nee.... hehehe. oh iya mbak, blognya saya link kan ke blogku, gapapa kan?....
ReplyDeleteKayanya saya harus berguru banyak ne.. sama mbk nong.
Thks sebelumnya ....
wah....
ReplyDeleteYa Allah, Yang Maha Memberi Cahaya
ReplyDeleteSiramilah Nong dengan cahayaMu
Ya Allah, Yang Maha Memberi Kasih
Kasihilah Nong dengan cintaMu
Ya Allah, Yang Maha Memberi Kekuatan
Kuatkanlah Nong tuk tetap di jalanMu
Ya Allah, Yang Maha Memberi Hidup
Hidupkanlah Nong dalam penghambaan kepadaMu
Demi masa lalu Ya Allah...
salam kenal,
ReplyDeletehttp://wayansudane.net
Such soothing perfect words in the midst of hatred that we experience in daily life , Nong:)
ReplyDeleteGayatri
Kasih di Hikayat Bulan (1-11)
ReplyDeletehttp://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/hikayat-bulan.html
dan ini beberapa diantaranya
hikayat bulan adalah hikayat yang mengalir
di arus waktu yang perlahan, tenang dan teduh
seperti percakapan dan narasi kasih bunda
jelang upik dan buyung tertidur
percakapan dan narasi kasih yang tak henti bertumbuh
dalam jiwa ketika harapan bermekaran atau patah
abadi
walau bunda telah mangkat
dari ruang dan waktu
hikayat bulan adalah hikayat pedih, tangis dan sesal
yang luruh menepi jadi doa
bulan bundar, penuh di bola mata
mengada hati jadi cahaya KASIH
membasuh luka,
menyembuhkan
hikayat bulan adalah hikayat denyut lembut sebuah hati
denyut tipis di sudut bibir
denyut tipis
di sudut mata
saat jari menyentuh
merasakan
hati yang tersembunyi
hikayat bulan dengan cahaya menyemut
hikayat kertas dengan kasara menyemut
hikayat doa dengan pasrah menyemut
hikayat hati dengan rasa menyemut
terima kasih untuk hari-hari lalu
untuk hari ini
untuk hari esok
untuk kelembutan hati,
pemberian hati,
keterbukaan hati,
kelapangan hati
untuk kasih yang menyemut,
yang bertumbuh mendewasakan diri.