Lilypie 3rd Birthday PicLilypie 3rd Birthday Ticker

Monday, March 26, 2007

Di Melbourne Usiaku Bertambah


Jumat 23 Maret, ketika saya lagi istirahat sekolah saya mendatangi ruang komputer. Iseng-iseng buka email dan saya mendapat ucapan selamat ulang tahun dari teman-teman di milis internal JIL : “Selamat ulang tahun Mba Nong”. yang menarik ada ucapan selamat dari mas ulil yang bilang “keren kamu ya Nong, ulang tahunnya di Melbourne. Padahal biasanya di Pandegalang.” Persisnya sebenarnya Labuan, bukan Pandeglang, tempat saya dilahirkan dan menjalani masa kecil saya.

Iya, bulan ini saya ulang tahun. Ada yang berbeda dibanding ulang tahun sebelumnya. Seperti kata mas Ulil, saya sekarang berada di Melbourne sejak tanggal 22 Februari lalu. Saya dapat beasiswa short course dari TAF. Kalau di Jakarta, saya ngga punya waktu dan selalu ada alasan untuk tak bisa belajar. Karena kerja lah, aktif di sini di sana, ngurus anak dan lain-lain. Di sini saya benar-benar dipaksa belajar. Meski saya harus pontang panting mengendalikan perasaan yang tercabik-cabik. Duh, kenapa ya kalau lagi belajar pasti banyak godaannya?

Di Melbourne, saya tinggal bersama keluarga imigran England-Jepang. Di sini susah banget nyari yang benar-benar OZ, kebanyakan pendatang. Bahkan walikotanya pun orang Cina. Keluarga yang saya tempati ini suami orang England namanya Alvin. Sedang isterinya orang Jepang, namanya Tami. Mereka udah puluhan tahun tinggal di Melbourne dan udah mapan. Tami tipe isteri rumahan yang pandai masak terutama masakan Jepang (jelaslah namanya juga orang Jepang :-)). Saya betah dan enjoy banget karena makannya enak terus dan mereka berdua baik banget.

Kembali ke laptop eh ultah. Di moment yang cukup penting dalam hidup saya ini, saya jauh dari keluarga dan teman-teman. Tengah malam, saya sempat terbangun: sedih, ingat Umi saya yang sudah meninggal, ingat andrea (anakku yang lagi lucu-lucunya), keluarga, teman terdekat dan tiba-tiba merasa kesepian sekali. saya telpon indra, suami saya, dan dia langsung ngucapin selamat ulang tahun dan berdoa untuk kebaikanku. Di kamar yang sunyi dan sendiri, saya juga berdoa untuk hidup saya dan mereka semua. Setelah itu, pikiran saya enteng memasuki fase baru dengan bertambahnya usia saya. “Wah, saya makin tua nih. Harus tambah dewasa dan tidak boleh terbawa perasaan terus,” tekadku. Saya review kembali hidup saya: Apa ya yang sudah saya perbuat selama ini? Adakah hidup saya ini berguna untuk orang kebanyakan? Adakah prestasi saya? Jawabannya, ternyata saya belum banyak melakukan apa-apa. Hidupku masih begini-begini aja.

Paginya, seperti biasa saya sekolah. Saya sudah tak mengharapkan ada perayaan, ucapan, atau apalah di ultah tahun ini. Yang terpenting, saya sudah berdoa dan bertekad menjalani dan melakoni kehidupan yang lebih baik di tahun ini dan seterusnya. Lagian sebenarnya dalam tradisi keluarga saya pun tak pernah ada perayaan ultah-ultahan. Bahkan tanggal lahir anak-anaknya pun kadang ngga jelas. Versi A begini, versi B begitu. Keluarga saya santri banget yang tak terlalu perduli dengan pernak pernik kelahiran. Bagi Abah dan Umi saya (panggilan untuk orang tua saya), merayakan ultah dengan meniup lilin itu tradisi Kristen, tradisi Barat katanya. Saya ingat, waktu kecil saya merengek minta ke Umi dirayain ulang tahun dengan mengundang teman-teman. Umi saya bilang, “Jangan nong, tradisi Kristen kok diikuti. Pamali.” Pamali itu artinya berdosa. Makanya di keluarga saya, ngga ada itu perayaan ultah-ultahan. Malah sebaliknya, tradisi kita selalu merayakan kematian. Ada 7 hari, 40 hari, 100 hari, setahun dan seterusnya. Tiap tahun terus menerus dirayakan.

Saya baru merasakan ultah saya dirayakan dan dianggap berarti ketika saya bersuami. Keluarga suamiku sangat menghargai kehidupan. Setiap ultah anggota keluarga pasti dirayakan dan disyukuri bersama-sama. Itu yang membuat saya merasa kehilangan di tahun ini.

Tapi ternyata perasaan saya salah. Hari itu, saya sengaja pulang terlambat dengan berkubang dulu di perpustakaan. Pulang sekolah ternyata keluarga Alvin sudah mempersiapkan pesta ultah yang cukup meriah. Semua keluarganya berkumpul dan beberapa temanku diundangnya. Duh, saya begitu terharu. Ternyata di muka bumi ini kita tak pernah benar-benar sendiri. Semua orang menyayangiku.

Malam itu, rumah benar-benar meriah. Tami masak makanan Jepang: sushi, sashimi, sabu, sop dan lain-lain. Alvin membuat cake ulang tahun, salad, dan Pizza vegetarian. Semua minuman tersedia: champign, wine, bir, soft drink sampai air zam-zam he..he.. Pokoknya malam itu benar-benar meriah. Ketika mereka meminta saya meniup lilin, saya menghela napas dalam-dalam, mata saya terpejam dan berdoa suatu saat saya diberi kesempatan bisa membalas kebaikan mereka, trus puuuh… lilin-lilin itu saya tiup...mereka semua memberi selamat dan mendoakanku. Suasananya jadi begitu mengharukan.

Usai perayaan ultah di keluarga Alvin, indra menelpon kalau andrea, anakku, ingin tiup lilin untuk mamanya. Maka cepat-cepatlah aku menyalakan laptopku dan connect internet. di layar laptopku, andrea sudah manteng dengan lilin ulang tahun dan pizzanya. "Met ulang tahun, mama," kata andrea dan suamiku. aku jadi makin terharu.

Seperti kata mas Ulil, buatku ultah sekarang memang benar-benar keren. Bukan sekedar ultahnya di Melbourne tapi juga karena ultah saya dirayakan oleh orang-orang yang tadinya saya anggap mereka tak perduli saya, bukan saudara, bahkan sebagai teman pun baru ketemu dan kenal. Ternyata saya salah. Mereka dan keluargaku luar biasa. Meski jauh dari keluarga & teman terdekat, ulang tahun sekarang benar-benar berarti dan berkesan. Terima kasih Alvin, terima kasih Tami, terima kasih dea, terima kasih mas in, terima kasih semuanya…

5 comments:

  1. Duh, ucapanku yang tulus, ikhlas, dianggap biasa dan datar, tapi yang penting, aku sangat senang, ultah mbak dirayakan amat meriah...

    ReplyDelete
  2. met ultah teh, moga tambah keren en cantik... maaf terlambat.
    2 minggu ini saya travelling ke berbagai kampung dan puncak gunung, mengunjungi pusat agama-agama di india, baru nyampe kemaren.

    Kami mengunjungi Vihara, Jainis tempel, pusat meditas art of living, puncak gunung tempat para sufi bertapa, dan kampung dalit, tempat agama lokal berkembang.

    ReplyDelete
  3. terima kasih nick.. wih, kamu jalan-jalan terus ya. kamu sekarang gimana ya? aku jadi lupa wajahmu. abis kita udah ngga ketemu lama banget ya?

    untuk mg, biasa dan datar itu bukan berarti ngga tulus kan? ketulusan tak perlu diutarakan dan diabstraksikan.

    ReplyDelete
  4. Teh Nong,


    Sekalipun terlambat, sebagaimana anick, aku pun mengucapkan ultah. Moga panjang umur dan bahasa Inggrisnya kian keren sehingga cita-cita mau s2 di luar negeri itu bisa tercapai.

    Sith

    ReplyDelete
  5. lg blogwalking nemu blognya mba, cuma pgn komen knp kalo kematian justru dirayain, karnaaaaaa supaya kita yg msh idup ini inget mati mba...

    ReplyDelete