Wednesday, October 14, 2009
Monday, August 10, 2009
Andrea Birthday
hari minggu tanggal 9 agustus lalu, tepat andrea berusia 5 tahun. seperti biasa dia nagih untuk meniup lilin ultahnya yang ia minta jauh2 hari selain ia bilang akan bobo sendiri kalau udah 5 tahun, berangkat sekolah sendiri, makan sendiri pokoknya semuanya sendiri. buat andrea, life begin at fifth hehehe.
andrea memang hobi tiup lilin. sehari sebelumnya lilin ultah salihara aja yg banyak itu ditiupnya :) untuk menemaninya tiup liln dan sedikit merayakan ultahnya saya undang sepupu2nya plus nabila. serunya lagi abis tiup lilin anak2 yg lucu ini pada langusng ingin berenang, byyuuurrr
selamat ulang tahun anakku, moga panjang umur, selalu kuat menjalani hidup ini dan kamu selalu mendapat yang terbaik untuk hidupmu, aminnn ya robbal 'alamin..
Posted by nong darol mahmada at 10:33 AM 0 comments
Monday, April 20, 2009
Muslimah Feminis
Buku ini penting terutama karena ia menawarkan pembacaan baru terhadap hubungan Islam dan feminisme. Melalui penceritaan pengalaman pribadi, Neng Dara Affiah membuktikan bahwa menjadi seorang feminis tulen tidak harus menanggalkan identitas primordial. Feminisme, di sini, tidak lagi sesuatu yang asing dan datang semata-mata dari Barat, melainkan lahir dari kesadaran kultural Islam itu sendiri.
Buku ini juga penting, karena ia adalah pelopor penulisan kehidupan keagamaan tradisional yang ternyata tidak tunggal. Di dalamnya, aneka warna kehidupan keberagamaan saling berkelindan membentuk nuansa kehidupan anak manusia. Neng Dara, seorang mantan murid sekolah agama yang juga menjadi sekolah teroris Imam Samudra, membeberkan dengan sangat baik bagaimana dia mencoba mengambil ketegasan sikap di antara banyak pilihan hidup yang kadang menjebak.
Dan yang terpenting lagi buku ini ditulis oleh Neng Dara Affiah, kakakku tercinta :) selamat ya teh neng atas bukunya..
Posted by nong darol mahmada at 10:54 AM 0 comments
Friday, April 17, 2009
Demi Masa Depan Anak
“Aku percaya tujuan mereka mulia, tapi mungkin caranya yang kurang tepat.”
Menjadi aktivis dan gemar berdiskusi adalah kesenangan bagi Nong. Namun itu semua bukan tanpa tujuan. Tak lain, apa yang dilakukannya untuk buah hatinya. Ingin terbuka dengan puterinya, ke mana-mana dia rajin menggandeng tangan kecil bocah perempuan itu.
Dua jam sebelum Nong Darol Mahmada pulang kampung ke desa kelahirannya di Labuan, Banten, kami berbincang-bincang hangat dengannya. Blouse merah yang dikenakannya kontras dengan kulitnya yang putih. Kacamata dengan bingkai merah gradasi hitam tampak sesuai dengan busananya saat itu, celana hitamnya dan sandal bertali dengan tumit tak terlalu tinggi.
Tak terlalu ramai. Hanya beberapa meja dengan bangku-bangku yang diduduki sekumpulan orang. Kami duduk di meja bulat. Udara dingin. Sejak pagi cuaca memang tak cerah, meski tak hujan. Lampu-lampu di teras depan Salihara tak terlalu terang.
Kendati tak ada pertunjukan seni, masih ada orang yang bercengkerama di dalamnya. Sekadar bertemu sahabat, mengobrol, bahkan diskusi yang biasanya ditemani makanan ringan. Juga Nong, panggilan akrabnya, kerap mengunjungi tempat itu. Dia mengaku hobi berdiskusi dengan orang-orang yang dikenalnya. “Di sini tempatnya asyik yah buat ngobrol,” kata Nong yang sering meluangkan waktunya untuk ngobrol di luar kesibukannya di kantor.
Tak mau hanya obrolan yang omong kosong. Baginya, dengan banyak berinteraksi banyak hal yang didapatkan, mulai dari hal ringan hingga berat; mulai dari seni, sastra, film, bahkan hingga soal politik. Soal ekonomi? Dia mengaku tak terlalu mengetahui. “Aku dibesarkan di forum diskusi sejak mahasiswa,” ini alasan Nong menceritakan awal mula kebiasaan yang kini tak bisa lagi dihentikan.
Sejak menimba ilmu di IAIN Syarif Hidayatullah, yang sekarang dikenal sebagai Universitas Islam Negeri Jakarta, mantan penggiat Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) itu memang kerap menyambangi forum-forum diskusi dan seminar. Sering bertemu orang dan berbagi pemikiran membuat Nong tak segan-segan mengungkapkan aspirasinya.
Salah satunya soal peristiwa 1 Juni 2008, Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan yang diserang FPI. Nong tak takut dan justru mengumpulkan saksi-saksi dan korban kekerasan untuk menuntut FPI. “Aku percaya tujuan mereka mulia, tapi mungkin caranya yang kurang tepat dan sebaiknya jangan mengutamakan kekerasan,” ungkap Nong yang menyebut FPI hanya melaksanakan perintah nahi munkar—mencegah kemunkaran—saja.
Dea kecil, puteri semata wayang Nong, saat itu mondar-mandir dengan jaket pink yang lalu dilepasnya. “Kalau di sini dia sering disebut anak sejuta umat. Dia suka menyapa semua orang,” kata Nong tertawa. Dea memang sering ikut mamanya ke mana-mana. “Pengennya selama mungkin, sehabis pulang sekolah dia kadang ikut saya,” ungkap Nong saat ditanya berapa lama waktunya dihabiskan dengan Dea
Main Film
Lalu Nong menguraikan alasannya keukeuh memprotes UU Anti-Pornografi dan Pornoaksi, juga perda yang mengatur soal perempuan. Dea anaknya adalah sebab penting di balik kegiatannya. “Karena anak saya perempuan, dan bukan ingin berlagak heroik,” ucapnya.
Sekarang para perempuan masih bisa bernapas lega karena di negara ini masih punya akses bekerja yang sama dengan pria, misalnya. Tatkala ada upaya mengembalikan perempuan ke ranah domestik, Nong beramsal, maka bisa jadi masa mendatang tak lagi ada kebebasan itu. “Gimana nih masa depan anak dan cucuku yang perempuan,” ujarnya.
Tiba-tiba kini Nong ikut main film. Ceritanya, Nong tak berpikir akan mendapat peran sentral dalam film dokumenter menngenai perempuan bikinan Nia Dinata, Pertaruhan, Desember tahun lalu. Saat itu sutradara Iwan Setiawan memintanya menjadi salah satu narasumber, sebab Nong cukup dipercaya mendedahkan perihal sunat perempuan yang kala itu diangkat sang sutradara.
Saat proses editing, Iwan memberitahukan bahwa di bagian ceritanya, perempuan berambut cokelat itu akan dijadikan pemeran yang dominan. “Aku awalnya seperti ngobrol biasa saja kan, karena berpikir cuma diambil secuplik,” kata Nong lalu tertawa.
Dea kembali. Merasa sedikit bosan menunggui ibunya yang masih berbincang, beberapa menit kemudian Nong meminta seorang temannya mengajak Dea bermain trik sulap.
Usia gadis kecil itu akan memasuki tahun kelima. Semakin lincah, juga semakin penasaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang tidak tertebak. “Dia pernah nanya, aku keluar dari mana sih dulu (maksudnya ketika lahir?,” kata Nong yang membuatnya harus belajar menjelaskan dengan gaya berpikir anak-anak.
Dea juga pernah bertanya siapa Tuhan itu. “Aku menjawab, Tuhan itu yang menciptakan mama, Dea, dunia ini dan memeliharanya,” kata Nong yang pergelangan tangan kirinya dihiasai arloji.
Bersama Dea, Nong menghabiskan waktunya di rumah, bareng-bareng memeluk bantal. Nong juga rutin membacakan puterinya sebuha cerita sebelum tidur. Terkadang menonton film ke bioskop bersama. Mengenai perawatan tubuh, Nong mengaku melakukannya saat ada kemauan saja. Biasanya, ia hanya ingin creambath dan facial treatment. “Kalau seperti lulur yang memakan waktu lama, kayaknya labih bagus buat diskusi,” lagi dia tertawa.
Melewati hari-hari, Nong sering melakukan kegiatan berdua dengan anaknya. Sejak 2008, Nong memilih menjadi orang tua tunggal setelah berpisah dengan suaminya. “Tapi hubungan kita tetap baik, nggak sampai bermasalah seperti artis-artis di teve,” katanya sambil tertawa.
Ini terkiat soal feminis yang kerap dikabarkan kandas membina rumah tangga? “Yah mungkin tapi sebenarnya sejak awal aku berusaha memilih pasangan bukan dari dunia aktivis, biar seimbang,” katanya.
Membela Perempuan
Gemar berdiskusi, itu mengharuskan Nong sering membaca sebagai kenikmatan dan hobi. Baik karya fiksi dan nonfiksi dikonsumsinya. Utamanya terkait dengan teori-teori sosial dan isu-isu perempuan. Beberapa novel karya perempuan yang difavoritkannya antara lain Saman dan Perempuan Berkalung Sorban.
Nong juga menyukai tokoh perempuan di dunia muslim, seperti Rifaat Hasan dari Pakistan, Fetima Mernissi dari Maroko, Nawal El Saadawi dari Mesir. “Aku juga mengidolakan seorang muslimah lesbian, Irshad Manji,” tambahnya yang juga menyukai pemikir muslim seperti Hasan Hanafi dan Fazlur Rahman.
Mengenai Kartini, menurut Nong, tokoh perempuan itu memunyai keistimewaan masing-masing pada zamannya. Kartini, kata dia, sekalipun isteri utama tapi dia mau dipoligami, mungkin karena rasa cintanya terhadap ayahnya. Itu kenapa pemikiran-pemikiran Kartini lebih mengena dalam diri Nong ketimbang kesetujuannya tunduk pada feodalisme keluarga.
Tak hanya menyukai buku, Nong juga menyempatkan waktu menonton film. Terakhir ia menikmati The Reader dan The Courious Case of Benjamin Button, dua film nominasi Oscar tahun ini.
Meskipun sering bertemu dan mengobrol dengan teman-teman aktivis, kalau untuk sahabat, Nong menyebut kurang dari sepuluh. Bagi dia, sahabat adalah orang yang paling rahasia dirinya. Hingga sekitar pukul 9 malam, Nong difoto dan lalu segera berangkat ke Labuan bersama Dea. (N jacques umam/ezra sihite)
** Koran Jakarta, Minggu 12 April 2009
Posted by nong darol mahmada at 2:50 AM 0 comments
Monday, April 6, 2009
Dingin
masa yang panjang
menjauh
lelah, resah
berkali-kali mencari pelabuhan
bersama perahu
untuk menetap dan berlabuh
tetap tak ada arah
rasa aman menjauh
gelisah
biduk hilang
kelelahan
ada banyak kesan
yang terlihat, tersamar
tak tergeser
terus melaju
dengan ombak bergolak
pasrah oleh desiran angin
meski sudah dingin
hilang, tak tersisa
menteng, januari 2009
Posted by nong darol mahmada at 11:25 AM 0 comments
Tuesday, March 31, 2009
My Birthday
tanggal 23 maret kemarin, usiaku bertambah lagi. Alhamdulillah ya Allah atas nikmat dan karunia yang KAU limpahkan padaku.
setiap tahun ketika bertambah usiaku, satu hal yang selalu aku rasakan: betapa luar biasanya yang namanya persaudaraan, persahabatan dan pertemanan. di malam itu sepulang dari salihara, aku bersujud, bersyukur dan berharap bahwa suasana seperti ini akan seterusnya, malah makin bertambah dan makin erat.
tak ada rencana sama sekali kalau ultahku kemudian disyukuri bersama2 di salihara. ini karena kebaikan hati mas goen yang tak pernah kuduga ternyata telah mempersiapkan kue tart yang ia pesan. terima kasih banget mas goen.
karena ada kue itu maka datanglah sahabat2ku. untuk mbak rury dan mas tony yang meski sibuk mempersiapkan makalah untuk konferensi di Korea tapi masih nyempetin datang, mayang & andy yang membawa dodol "berkah" yang membuat orang2 yang memakannya "terkapar" keenakkan, mas choki yang biasanya jadi penjaga salihara dengan kesibukan chating & fesbuknya jadinya gabung meski harus nunggu dari jam 8 malam, dan yang selalu nemaniku, guntur yang kemudian terkapar keenakkan karena terlalu semangat makan dodol. juga terima kasih buat teman2 kedai salihara & para satpam di salihara. tak lupa mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada saudara2ku, para sahabat, teman2 yang telah mengirim ucapan selamat, doa, dan harapannya baik lewat fesbuk, email atau sms dan telpon.
andrea, my lovely girl, ga mau ketinggalan ingin tiup lilin. maka dipesanlah pizza...sebelum pizza dimakan kita taruhin lilin2 di atasnya dan jadilah tiup lilin bersama-sama.
terima kasih kepada semuanya atas segalanya..
Posted by nong darol mahmada at 11:01 PM 0 comments
Wednesday, February 25, 2009
Dinner with Hillary R. Clinton
senin siang (16/2) saya dihubungi mbak ade dari kedutaan AS. dia mengabarkan kalau saya diundang untuk ikut dinner bersama Hillary Clinton di gedung arsip nasional. wah, saya kaget dan waktu itu sempat bilang ke dia pikir-pikir dulu karena rabu malam saya sebenarnya sudah komitmen untuk hadir di acara diskusi pak bill liddle di teater utan kayu.karena kak icang yang meminta saya untuk mengurus diskusi tersebut. mbak ade mendesak agar saya harus jawab secepatnya karena daftar nama yang hadir akan dikirim ke washington. saya minta waktu sampai sore dan saya akan mengabarkan mengenai kepastiannya apakah saya bisa hadir atau tidak itu sore itu. setelah saya pikir panjang, ini adalah kesempatan yang luar biasa dan mungkin tak akan saya dapatkan lagi untuk ketemu, bicara, bersalaman langsung dengan Hillary, tokoh idola saya, perempuan luar biasa, saingan terkuat presiden obama pada pemilihan calon presiden di Partai Demokrat. akhirnya sorenya saya telpon mbak ade dan menegaskan kalau saya bisa hadir di malam dinner tersebut.
acara dinner dimulai jam 20.30 tapi undangan harus datang setengah jam sebelumnya. saya tiba di arsip nasional jam delapan kurang sepuluh menit. di depan saya disambut oleh wakil dubes AS dan beberapa staf kedutaan. sejak di depan memasuki gedung arsip, tidak ada kesan penjagaan yang seram dan angker seperti biasanya. malah lebih angker kalau kita memasuki mal-mal besar. saya tidak diperiksa macam-maca,, didetectorlah atau apalah, saya hanya diminta menunjukkan surat undangannya saja. benar-benar jauh dari kesan angker dalam penjagaannya.
memasuki ruangan, saya ketemu dengan ibu lily munir, saad bokhari (staf kedubes AS yang humble), ada mbak nursyahbani, mas bara hasibuan, ibu iris, saya juga melihat pak azyumardi azra dan kemudian lama kelamaan undangan mulai berdatangan: mas komaruddin hidayat, bang asmara nababan, mas pramono anung, ibu mooryati soedibyo, kang teten masduki, pak joko susilo, pak fauzi bowo dan lain-lain..
sebelum jam 20.30 kami diminta memasuki ruang dinner. saya kebagian meja nomer tujuh bersama mbak suciwati, bang asamara nababan, bapak gde natih yang langsung datang dari bali, teman dari PKS, pak lebay, romo dari kristen anglikan dan mr. sullivan (romobongan Hillary).
ketika Hillary masuk ruangan kami yang di dalam (tanpa dikomando) serentak berdiri. beliau menyalami kami satu persatu termasuk aku yang memang cukup dekat letaknya dari pintu masuk (aduh, seneng banget aku bersalaman dengannya. tangannya sengaja kupegang erat dan lama sambil mengatakan "selamat datang di jakarta", dia tersenyum)
acara dinner dibuka oleh dubes AS trus kemudian ibu lily munir memberi sambutan selamat datang kepada Hillary dan rombongan. sebelum Hillary beri pidato kami dipersilakan mencicipi makanan dulu, nah pas menu es krim yang keluar, Hillary maju ke podium. ia begitu rileks, penuh senyum, ramah menyapa semua yang berada di dalam ruangan. ketika hillary berpidato yang tadinya pertemuan ini tertutup untuk pers tiba-tiba pintu dibuka, serta merta kamera dan wartawan sudah siap merekam semua isi pidato Hillary.
banyak hal yang disampaikan oleh Hillary dalam pidatonya tersebut yang kemudian dikutip media keesokan harinya. tapi yang menjadi poin penting untuk saya adalah bagaimana dia menerima posisinya sebagai menlu ketika ditawari oleh presiden obama, meski ia merupakan rivalitas terkuat dan kemudian kalah dalam memperebutkan posisi calon presiden AS. Buatnya, ia menerima perannya ini karena didasarkan pada komitmennya sebagai warga untuk berbakti pada bangsa dan dunia yang luas dan mengalahkan egonya yang pernah dikalahkan obama. pemilu AS memang banyak memberikan inspirasi dan mengajarkan banyak hal tentang demokrasi, bukan sekedar kalah dan menang. aduh, jadi panjang banget nulisnya..
singkatnya setelah acara selesai, hillary masih menyempatkan diri untuk menyapa dan berbincang-bincang dengan para undangan yang berebut mendekatinya termasuk saya. dengan minta bantuan mas teten masduki, direktur ICW, saya meminta untuk mengambil foto mengabadikan momentum ini. dan inilah hasil bidikan kang teten yang mengambil foto aku dan Hillary Clinton. kang teten ketika mengambil gambar ini deg-degan dan dalam kondisi yang harus berjuang makanya hasilnya ya seperti ini. tapi ngga apa-apa yang penting ada fotonya. aku malah merasa bersalah karena ngga mengambil foto kang teten bersama hillary karena kang tetennya ketika ditawari ngga mau.
aduh senengnya..buatku:Hillary begitu luar biasa, tak ada kesan arogan, mengambil jarak bahkan sebaliknya, Hillary sangat keliatan kepemimpinannya, kepintarannya, begitu dekat, akrab dan sangat ramah. bila amerika seperti ini, dunia akan damai..percaya deh!
Posted by nong darol mahmada at 12:03 AM 0 comments